Sabtu, 16 Mei 2015

Rumah Adat Betang(Kalteng)



Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.

Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter.Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu.Bagian dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga.

Bukit Batu Kasongan(Kalteng)

Situs Bukit Batu yang terletak di Desa Bukit Batu Wilayah Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah).
 
Cukup mudah untuk ke sana dengan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi dengan biaya relative murah, jaraknya sekitar 72 km dari Palangka Raya melewati ruas jalan menuju arah Ibukota Kabupaten Katingan yang beraspal cukup mulus
Gambar: Bukit Batu Kasongan

Konon ceritanya, Riwut Dahiang adalah ayah dari Tjilik Riwut sangat mendambakan sesuai dengan keyakinan yang dianut yaitu agama Kaharingan, maka berangkatlah Riwut Dahiang ke suatu tempat yang dianggap keramat yaitu Bukit Batu, dengan khusus Riwut Dahiang bertapa memohon diberi anak laki-laki. Petunjuk yang dapat kelak dikemudian hari mengemban tugas khusus bagi masyarakat sukunya.

Jumat, 15 Mei 2015

Pertempuran Suku Dayak di Pulau Kupang



Alkisah Temanggung Sempung sudah mengambil Nyai Nunjang menjadi istrinya dan di anugerahi seorang putri yang diberi nama Nyai Undang, seorang putri yang sangat cantik parasnya, seperti dewi turun dari kayangan. Maka Temanggung Sempung bermaksud akan mengambil Sangalang anaknya Mereng cucu dari Karangkang menjadi menantunya.
Maka tersiarlah kabar dimana-mana akan kecantikan Nyai Undang itu, dan berita itu pun sampailah kepada Raja Laut namanya Sawang. Maka datanglah Raja Sawang dengan balatentaranya, dengan maksud untuk mengawini Nyai Undang tersebut. Dan dia berjanji dengan semua balatentaranya, jika maksudnya untuk mengawini Nyai Undang itu tidak diterima, maka dia akan mengumumkan perang dengan kota Pulau Kupang itu.

KOTA KUALA KAPUAS



Sebagai salah satu kota tertua di Kalimantan Tengah. Pada awal terbentuknya Kabupaten Kapuas, merupakan salah satu eks daerah dayak besar dan swapraja kota Waringin yang termasuk dalam wilayah karesidenan Kalimantan Selatan, dengan penduduk asli Suku Dayak Ngaju, yang terdiri dari dua sub suku yaitu Suku Kapuas Kahayan dan Suku Ot Danum (oldaman) yang bermukim disebelah kanan kiri sungai Kahayan, serta Suku Kapuas Kahayan bermukin disamping kanan kiri Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan antara hilir sampai tengah, sedangkan ot danum (oldaman) bagian hulu dari kedua sungai tersebut.

Selasa, 12 Mei 2015

PERJUANGAN SUKU DAYAK


Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1620, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kerajaan Demak,  agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman.

Manusia Hantu (Hantuen)



Dahulu kala, di Baras Semayang hiduplah sebuah keluarga yang memiliki seorang anak gadis bernama Tapih. Suatu hari, Saat Tapih mandi di sungai, tiba-tiba topi tanggul dareh (topi yang tepinya lebar dan khusus dipergunakan pada upacara khusus) miliknya dihempaskan angin kencang dan jatuh di sungai. Topi itu kemudian terbawa arus sungai yang cukup deras.
Karena topi itu dianggap bukan sembarang topi, maka Tapih dan orang tuanya menyusuri setiap desa yang terletak di sepanjang sungai Rungan untuk mencarinya.

Selasa, 05 Mei 2015

Kurusuhan Sampit (KALTENG)



Penyebab Terjadinya Tragedi Sampit hingga saat ini masih simpang siur. Saya bertanya dari berbagai narasumber dan searching di Google, hasilnya berbeda-beda pendapat. Ada yang mengatakan tragedi ini berawal dari kasus pencurian ayam, kasus perkelahian remaja antar etnis, kasus kesenjangan sosial, dll. Namun dari berbagai pendapat itu, saya bisa menyimpulkan bahwa tragedi kerusuhan sampit ini sebenarnya berawal dari masalah sepele/kecil yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan atau jalur hukum yang ada tanpa harus mengorbankan ratusan bahkan ribuan nyawa. Akan tetapi masalah2 sepele itu terjadi berulang-ulang dan tanpa penyelesaian yang maksimal, sehingga menimbulkan suasana yang rentan akan konflik yang lebih besar. Dari beberapa sumber ada beberapa kasus yang telah terjadi berlarut-larut hingga memuncak pada kerusuhan sampit.

Batu Banama di Bukit Tangkiling



Bukit tangkiling terletak di kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. jarak tempuhnya dari kawasan kota Palangka Raya kurang lebih 34 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Tempat ini biasanya ramai dihari-hari libur karena banyak orang yang berekreasi ke tempat ini, di Bukit Tangkiling terdapat sebuah batu yang berbentuk seperti perahu, konon ceritanya pada dahulu kala batu ini adalah sebuah perahu yang berubah menjadi batu (basaluh) oleh yang Maha kuasa karena terjadinya sebuah pali (pantangan) ceritanya hampir mirip dengan legenda sangkuring , pada masa lampau pulau borneo merupakan bagian dari lautan dan  masa lalu daratannya hanya sedikit yaitu daerah tengah dan daerah timur pulau borneo sekarang=saat itu bukit tangkiling termasuk wilayah daratan sehingga disitu menjadi sebuah kampung, dikampung itu hiduplah seorang seorang ibu dan anak laki-lakinya suaminya udah meninggal.

Sejarah Perdamaian Tumbang Anoi



Terjadinya perang antar suku Dayak Ngaju dari Kahayan, Kalimantan Tengah dengan suku Dayak Kenyah Mahakam, Kalimantan Timur sebagai akibat adanya kesalah fahaman yang titik akar permasalahannya adalah memperebutkan lokasi tempat berusaha pengambilan (memanen) getah Nyatu.
 Lokasi tempat usaha pengambilan getah Nyatu ini sehari harinya adalah tempat usaha memanen getah Nyatu oleh orang Dayak Ngaju Kahayan. Lokasi daerah tempat pengambilan getah Nyatu ini terletak di antara perbatasan wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur tepatnya di pegunungan Puruy Ayau dan Puruk Sandah. Di mana perang antar Suku Dayak ini semakin memanas di kedua belah pihak dengan cara saling kayau mengayau.
Sehingga terjadi peristiwa yang di kenal dengan nama Kayau 100 yang artinya : Telah terjadi pertempuran /perang di Tumbang Tuan sebelah Udik Tumbang Toyus di Sei Barito Hulu atau pertempuran di Datah Nalau, Kalimantan Timur.

Damang Bahandang Balau



Konon ceritanya di daerah perkampungan Suku Dayak yang disebut Kampung Dadahup, termasuk daerah aliran sungai Barito dan masyarakatnya pada waktu itu masih belum mengenal dunia luar. Memang mereka pada asal mulanya berasal dari Tumbang Kapuas dari Betang Sei Pasah yang didirikan sekitar tahun 1836, sehingga dari keluarga Damang Bahandang Balau berangsur-angsur pindah dan bermukim / mendirikan suatu perkampungan yang disebut Kampung Dadahup.

Jumat, 01 Mei 2015

Ambun dan Rimbun



Konon, pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung di daerah Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda bersama dua orang anak laki-lakinya yang sudah remaja. Anak pertamanya bernama Ambun, sedangkan anak keduanya bernama Rimbun. Banyak orang di kampung itu mengira mereka saudara kembar, karena wajah dan perawakan keduanya mirip sekali. Namun sebenarnya mereka bukanlah saudara kembar, karena umur keduanya selisih satu tahun.

Uder Mancing



Alkisah, di sebuah kampung di daerah Kalimantan Tengah, hiduplah seorang laki-laki bernama Uder. Ia tinggal bersama istrinya di sebuah gubuk yang berada di tepi sungai. Uder seorang suami pemalas. Semua pekerjaan dianggapnya berat. Hanya tidur dan memancing yang menjadi kesenangannya. Jika tidak pergi memancing, ia hanya tidur di rumah sampai berjam-jam. Bahkan ia terkadang tidur dari pagi hingga sore. Ia baru bangun pada saat perutnya lapar, dan kembali tidur setelah perutnya kenyang.
Begitu pula halnya jika memancing, si Uder terkadang berhari-hari tidak pulang ke rumahnya. Ia sangat bangga jika pulang ke rumah membawa ikan walau hanya satu ekor atau hanya ikan kecil sekalipun. Oleh karena itu, orang-orang kampung memanggilnya Uder Mancing.

Asal Mula Pulau Nusa



Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik ipar laki-lakinya di sebuah kampung yang berada di pinggir Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Pekerjaan sehari-hari Nusa dan adik iparnya adalah bercocok tanam dan menangkap ikan di Sungai Kahayan.
Pada suatu waktu, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal mereka. Kelaparan terjadi di mana-mana. Semua tanaman penduduk tidak dapat tumbuh dengan baik. Tanaman padi menjadi layu, buah pisang menjadi kerdil. Air Sungai Kahayan surut dan ikan-ikannya pun semakin berkurang.

Asal Mula Sumber Garam Sepang


Alkisah pada zaman dahulu kala, di Desa Sepang (sekarang Kecamatan Sepang), Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda yang bernama Emas. Ia hidup bersama dengan putrinya yang bernama Tumbai. Tumbai adalah gadis yang cantik nan rupawan. Ia juga baik hati dan sangat ramah kepada setiap orang. Setiap pemuda yang melihatnya berkeinginan untuk menjadi pendamping hidupnya. Oleh karena itu, banyak pemuda yang datang untuk meminangnya. Namun, Tumbai selalu menolak setiap pinangan yang datang kepadanya. Ibunya sangat gelisah melihat sikap Tumbai. Meskipun ibunya sudah berusaha membujuk Tumbai agar menerima salah satu pinangan, Tumbai tetap saja menolak.


BATU SULI



Legenda Batu Suli  dipercayai oleh masyarakat Dayak Ngaju dan Ot Danum benar-benar pernah terjadi. Menurut cerita orang-orang tua, dahulu kala sebuah tebing batu yang disebut batu Suli pernah roboh sehingga menutup hubungan lalu-lintas ikan dari Kahayan Hulu ke Kahayan Hilir.
Kejadian ini sungguh tidak mengenakan bagi bangsa Ikan, dahulu mereka mempunyai kekerabatan dan sanak saudara di Kahayan Hulu atau sebaliknya di Kahayan Hilir. Lama kelamaan keadaan itu tidak tertahankan lagi bagi bangsa Ikan, meraka merasa seperti terpenjara akibat putusnya aliran sungai Kahayan itu. Mereka benar-benar tersiksa aikbat peristiwa tebing longsor itu.
Masalah besar bangsa ikan itu harus dicarikan pemecahannya. Untuk menanggulanginya, kemudian para ikan berkumpul dan mengadakan musyawarah besar di Sungai Kahayan. Musyawarah besar bangsa ikan itu akhirnya menghasilkan keputusan yaitu untuk menegakkan kembali tebing yang telah roboh itu.

Nyai Balau, pendekar wanita dari Tewah



Desa Tewah termasuk desa yang cukup besar dan banyak penduduknya, serta aman tenteram dan makmur pada seratus tahun yang lalu. Masa itu hiduplah dua orang wanita kakak beradik bernama Balau dan Tajuh, sebagai anak dari  Nyahu dan isterinya Manyang.  Mereka berdua telah bersuami.  Balau dengan Laut sedangkan Tajuh dengan Mecen. Balau seorang perempuan yang berjiwa besar, bijaksana,tajam pemikirannya,  panjang akal dan tanggap dalam  mengatasi  berbagai kesulitan  maupun  bahaya yang  dihadapi  masyarakat sedesanya.       

CERITA PALUI (Kalteng)



Palui adalah seorang anak laki-laki yang berasal dari sebuah kampung di wilayah Kalimantan Tengah. Dia merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Palui adalah anak yang rajin, setiap hari ia membantu ayahnya mencari ikan di sungai. Sutu hari, Palui harus mencari ikan seorang diri sebab ayahnya sedang sakit. Palui menebarkan jaring ke sungai beberapa kali, namun tidak ada seekor ikan pun yang berhasil masuk ke jaringnya.

ASAL USUL IKAN PATIN



Alkisah, di sebuah kampung di daerah Kalimantan Tengah, Indonesia, hiduplah sepasang suami-istri yang miskin. Si Suami bernama Labih, sedangkan istrinya bernama Manyang. Walau hidup miskin, mereka senantiasa hidup rukun, damai dan bahagia. Keduanya saling menyayangi. Ke mana saja pergi, mereka selalu berdua dan saling membantu dalam setiap pekerjaan. Ketika Labih ke hutan mencari kayu atau mencari ikan di sungai, istrinya selalu menyertainya. Sudah hampir sepuluh tahun mereka menjalani hidup berdua tanpa kehadiran seorang anak. Mereka setiap hari berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang untuk mengisi hari-hari mereka. Namun, sebelum mendapatkan anak, Manyang meninggal dunia karena sakit. Maka tinggallah Labih seorang diri. Hidupnya pun semakin terasa sepi.

Tjilik Riwut



Seorang yang Mebanggaakan tanah leluhurnyaserta selalu menyatakan dirinya sebagai "orang hutan" karena ia lahir dan tumbuh besar di belantara hutan Kalimantan. Ia lahir di Katunen, Kasongan, tepatnya Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ia adalah seorang yang mencintai alam dan dan seorang yang mempunyai pendirian yang kuat yang dapatmelihat sekitarnya dengan dasar yang kokoh terutama mengenai budaya Dayak.
Ketika Ia menginjak usia remaja, ia sering pergi seorang diri menuju Bukit Batu, untuk bertapa. Pada waktu melakukan pertapaan inilah ia memperoleh petunjuk pertama kali yang mengarahkannya untuk menyeberangi lautan menuju ke Pulau Jawa. Pada jaman dulu bisa dibayangkan keterbatasan sarana transportasi apalagi sarana komunikasinyasangatlah sulit. Unruk mencapai pulau Jawa ia tak kenal lelah dan putus asa, halangan serta rintangan dianggapnya sebagai pemacu semangat untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Segala macam cara ia coba untuk melakukannya baik itu ia harus berjalan kaki menerobos lebatnya belantara Kalimantan, menyusuri sungai menggunakan perahu maupun rakit, agar ia dapat mencapai pulau Jawa di seberang laut sana. Akhirnya, ia punsampai juga di Banjarmasin, sekarang ibukota Kalimantan Selatan, dan di sinilah ia mendapatkan pekerjaan yang akan mengantarkannya ke tempat tujuan, yaitu Pulau Jawa.

Dohong dan Tingang


Dohong adalah seorang pemuda kampung yang sehari-harinya menangkap burung di hutan di daerah Kalimantan Tengah, Indonesia. Suatu hari, sepulang dari menangkap burung, Dohong dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis cantik jelita di pondoknya. Siapakah gadis cantik itu? Lalu apa yang akan dilakukan Dohong terhadap gadis cantik itu? Ikuti kisah selengkapnya dalam cerita Dohong dan Tingang berikut ini!

Asal Mula Danau Malawen



Danau Malawen adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Indonesia. Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat setempat, danau yang di tepiannya terdapat beragam jenis anggrekini dahulu merupakan sebuah aliran sungai yang di dalamnya hidup berbagai jenis ikan. Namun karena terjadi peristiwa yang mengerikan, sungai ituberubah menjadi danau . Peristiwa apakah yang menyebabkan sungai itu berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti dalamcerita Asal Mula Danau Malawen berikut ini.

Sangi Sang Pemburu



Dahulu ada seseorang yang bernama Sangi.Dia adalah seorang pemburu yang tangguh.Sangi pandai menyumpit buruan,Sumpitnya selalu mengenai sasaran.Setiap kali berburu ia selalu berhasil membawa pulang daging babi hutan dan daging rusa.
Sangi bertempat tinggaldi daerah aliran sungai Mahoroi,anak sungai Kahayan.Pada suatu hari sangi berburu dari pagi hingga petang namun tak mendapatkan seekor pun binatang.Keadaan ini membuat ia kesal.Karena hari mulai sore,ia pun pulanglah dengan tangan kosong.Didalam perjalanan pulang ia melihat bahwa air tepi sungai sangatlah keruh.Ini bertanda bahwa babi hutan baru saja minum air di sana.Dugaannya di perkuat oleh jejak kaki babi hutan.

PANGLIMA BATUR



Panglima Batur adalah salah seorang pejuang Perang Banjar (Bandjermasinsche Krijg), yakni perang antara dua bangsa dan pemerintahan yang berdaulat, yakni antara bangsa Banjar di Kesultanan Banjarmasin di satu pihak yang wilayah utamanya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sekarang dengan pihak Belanda. Pada saat berdirinya Kesultanan Banjar, semua suku yang ada dalam wilayah teritorial Kesultanan Banjar seperti suku Banjar, Bukit, dan Dayak (a.l. suku Dayak Dusun, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai) baik yang beragama Islam maupun yang masih menganut kepercayaan Kaharingan adalah ”Bangsa Banjar”.
        

Datu Ayuh, Tingkai dan Badil



Masuknya Islam ke daerah Kotabaru yang datarannya menyatu dengan pulau Kalimantan.Masuknya Islam ke daerah itu diperkirakan tahun 1570. Konon, Sultan Tamjidillah dari Martapura memiliki anak yang bernama Ratu Intan. Ratu Intan inilah yang kemudian memasuki daerah Pamukan Utara hingga memiliki daerah kekuasaan di sana.Sebelumnya, agama Hindu-Budha sudah lebih dahulu sampai di daerah itu. Agama ini dibawa oleh dua kakak beradik bernama Tingkai dan Badil. Tingkai dan Badil ialah dua pemuda yang diam di daerah Kalteng. Karena merasa bosan, mereka lalu bertualang ke daerah Jawa, mempelajari gamelan, hingga pulang lagi ke Kalteng dan berniat pergi ke tempat lain.

Mangkikit KALTENG



Legenda Mangkikit terjadi di Kalimantan Tengah. Tepatnya di Sungai Katingan, di situlah ada sebuah jeram yang disebut Riam Mangkikit. Riam ini adalah yang terbesar di antara riam lainnya di Kalimantan Tengah. Di situ ada sebuah tempat yang disebut Batu Tangudau. Batu itu dinamai demikian sebab kata orang di bawah batu itu terdapat lubang ikan tangudau yaitu sejenis ikan hiu.
Konon dikisahkan, di tengah riam itu ada sebuah kampung kecil. Di kampung itu hanya ada sebuah rumah betang (rumah keluarga yang luas) dan lima buah rumah biasa. Pemimpin kampung itu seorang pemuda yang gagah berani bernama Mangkikit. Walaupun masih tergolong muda, Mangkikit disegani orang. Sifatnya yang agak pendiam, jujur, berani karena benar, membuatnya lebih berwibawa.
Sementara Istrinya yang bernama Nyai Endas adalah seorang perempuan yang sangat cantik. Kecantikan Nyai Endas telah terkenal ke seluruh daerah. Banyak pemuda yang sengaja bermalam di betang dengan maksud sekedar ingin menyaksikan kecantikan Nyai Endas. Lebih-lebih, hampir sepuluh tahun perkawinannya dengan Mangkikit belum juga dikarunai putra. Walaupun demikian, keduanya tetap hidup bahagia, aman, dan damai.