Kamis, 04 Juni 2015

Danau Tahai



Tahai adalah sebutan danau dari bahasa dayak Kalteng sepertinya. Tahai ini berupa danau kecil yang terbentuk konon kabarnya dikarenakan genangan air yang sudah lama akibat galian pasir. Selain itu Tahai juga terbentuk dikarenakan bekas aliran sungai yang alurya jadi berubah, sehingga terbentuk genangan air yang tidak mengikuti aluran sungai lagi.
Gambar : Danau Tahai

Arboretum Nyaru Menteng




Gambar : Arboretum  Nyaru Menteng

Arboretum Nyaru Menteng adalah sebuah kawasan hutan yang di dalamnya terdapat banyak spicies flora dan fauna, yang menjadi objek wisata menarik di kota tersebut ,Di lokasi ini banyak terdapat koleksi kehutanan dengan berbagai jenis seperti tanaman geronggang, meranti, cemara, dan tampan ,terdapat juga proyek reintroduksi sekitar 200 ekor orang utan

Museum Balanga


Gambar : Museum Balanga

Museum Balanga, adalah Museum milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, museum beralamat di Jalan Cilik Riwut Km 2,5 Palangkaraya, Lokasi Museum terletak ditepi jalan protokol, mudah untuk didatangi oleh pengunjung baik itu dari arah palangkaraya maupun dari luar kota palangkaraya.
Status Museum Balanga tadinya adalah Museum Daerah, dan keberadaannya di kota Palangkaraya sudah ada sejak Tahun 1973 silam, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, pada Tahun 1990 status Museum Balanga ditingkatkan menjadi Museum Provinsi
Museum dibuka untuk umum pada hari Senin sd Sabtu dari pukul 07.00 sd 14.00 WIB (kecuali Hari Jumat sd pukul 10.30), sedangkan pada Hari Minggu dan Hari Libur Nasional, Tutup .Pengunjung museum dikenakan biaya masuk, tiket masuk Dewasa dan Mahasiswa 2.500 rupiah/orang, dan untuk pelajar 1.000 rupiah/orang, untuk kunjungan rombongan, sebaiknya menghubungi pihak museum sebelum hari kedatangan agar bisa mendapat pelayanan yang lebih maksimal

Sejarah Muara teweh


Gambar: Kota Muara Teweh

Ada yang perlu saya  jelaskan lebih jauh di sini adalah bagaimana asal muasal-muasal nama Muara Teweh itu sendiri. Seacara harfiah, Tumbang berarti Muara dan Tiwei Artinya mudik dan juga identik dengan nama ikan kecil Seluang Tiwei, yang biasanya selalu mudik ke sungai Barito setiap tahun. Sebagaimana artinya, Tiwei yang berati mudik, maka Sungai Tiwei yang bermuara di Sungai Barito, arusnya mudik melawan arus Sungai Barito dan kemudian baru balik mengikuti arus ke selatan. Penyebutan Tumbang Tiwei yang kemudian menjadi Muara Teweh terjadi karena pola sebutan penyeragaman kota se Kalimantan Tengah oleh Belanda pada saat itu. 

Sejarah pangkalan bun

Hari jadi Kabupaten Kotawaringin Barat tidak dapat dilepaskan dari jejak sejarah Kerajaan Kotawaringin yang dibangun oleh keturunan Raja Banjar. Bermula ketika Pangeran Adipati Antakusuma meninggalkan kerajaan Banjar dengan tujuan kearah barat untuk mencari tempat dimana akan didirikan kerajaan baru. Dengan restu Ayahnda dan Ibunda, Pangeran Adipati beserta sejumlah pengawal dan beberapa perangkat kerajaan dengan perahu layar bertolak menuju kearah Barat. Dalam perjalanan banyak tempat yang disinggahi, antara lain : Teluk Sebangau, Pagatan Mendawai, Sampit, Kuala Pembuang hingga akhirnya sampai ke Desa Pandau yang dihuni masyarakat suku Dayak Arut dibawah kepemimpinan Demang Petinggi, di Umpang.

BAWI KUWU

konon sekitar abad ke-18, di sebuah kampung sekitarpertengahan aliran Sungai Rungan tepatnya di Kelurahan Mungku Baru Kecamatan Rakumpit, tinggallah Bawi Kuwu dan kedua orangtuannya. Ketika beranjak dewasa wanita cantik itu dilarang orangtuannya untuk keluar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar dengan dikawal dayang-dayang yang setia mengawal dan menjaga hingga bertahun-tahun lamanya. Pada suatu ketika, kedua orangtua Bawi Kuwu ingin pergi keladang lalu berpesan kepada dayang-dayang untuk menjaga anak kesanyangan mereka itu di dalam rumah. tidak lama setelah kedua orangtuannya itu pergi, tiba- tiba Bawi Kuwu merasakan kepanasan dan ingin madi di Sungai Rungan yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka, tentu para dayang yang mengawal Bawi Kuwu melarangnya untuk keluar rumah, apalagi untuk pergi sendiri ke sungai.

SANAMAN MANTIKEI


Dahulu kala di dusun Kaleka Nusa Kuluk Riam Habambang, sebelah kiri mudik sungai Samba, hiduplah satu keluarga petani. Petani itu mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tinjau. Pada suatu hari Tinjau pergi untuk mengantarkan makanan kepada ibu bapaknya di lading. Di tengah jalan, sekonyong-konyong Tinjau melihat seorang yang mirip ayahnya. Orang itu lalu mengajaknya berjalan ke suatu arah. Tinjau menurut saja, karena dirasanya tak salah mengikuti ayahnya sendiri. Mereka berdua berjalan terus hingga tiba pada sebuah jalan yang lebar dan bersih. Akhirnya sampai di sebuah betang (rumah panjang tradisional suku Dayak).

Tarian Suku Dayak Kalteng



Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan Suku Dayak sebagai penduduk aslinya kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya peninggalan masa lalu. Satu dari kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang tersebut terkandung dalam ragam seni tarian.
Pekan lalu, Lembaga Kebudayaan Dayak Palangka Raya (LKD-PR) menggelar pentas tari garapan dan tradisional. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk promosi kesenian daerah guna mendukung pengembangan potensi wisata lokal.

Selasa, 02 Juni 2015

Mandau Terbang Dayak (Kalteng)



Pada saat terjadianya kerusuhan antar Etnis di Sambas dan Sampit, banyak cerita berkembang tentang adanya fenomena Mandau Terbang : (Mandau yang bisa terbang mencari sasaran sindiri, bisa memilih dan memenggal leher musuh). Hal tersebut cukup menggetarkan dan membuat merinding siapapun yang mendegar.Semua dikembalikan pada yang mendengar, boleh percaya boleh tidak. Namun demikian banyak kesaksian yang menguatkan kebenaran akan fenomena tersebut.
Apapun ceritanya harus digaris bawahi bahwa Mandau adalah senjata tradisional Suku Dayak . Mandau telah menjadi Simbol kekuatan, simbol keadilan, simbol persatuan dan sekaligus simbol kehidupan Suku Dayak.

Sumpit Beracun Dayak


Sumpit, Senjata Suku Dayak Yang Lebih Ditakuti Dari Peluru Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.
Gambar: Sumpit Beracun


Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.


Mandau Senjata Khas Dayak



Pada jaman dulu jika terjadi peperangan, suku Dayak pada umumnya menggunakan senjata khas mereka, yaitu mandau. Mandau merupakan sebuah pusaka yang secara turun-temurun yang digunakan oleh suku Dayak dan diaanggap sebagai sebuah benda keramat. Selain digunakan pada saat peperangan mandau juga biasanya dipakai oleh suku Dayak untuk menemani mereka dalam melakukan kegiatan keseharian mereka, seperti menebas atau memotong daging, tumbuh-tumbuhan, atau benda-benda lainnya yang perlu untuk di potong.

Sandung Ngabe Sukah



Sandung Ngabe Sukah terletak di Kecamatan Pahandut berupa sebuah makam pendiri Kota Palangka Raya dengan makamnya yang berbentuk rumah kecil (sandung). Sandung merupakan sebuah bangunan kecil persegi panjang beratap, bertiang terbuat dari kayu ulin / beton, tempat menyimpan tulang belulang orang yang telah meninggal (setelah ditiwahkan).
Sandung didirikan di Bukit Pahandut, di belakang rumah Ngabe Sukah (seorang tokoh yang disegani di desa Pahandut, dan sebagai Kepala Desa yang pertama, dibawah Kademangan Sawang, sekitar tahun 1928).

Suku Aborijin dengan Dayak Kuno



Penduduk asli Australia yang disebut Aborijin, mungkin tidak pernah mengira apabila nenek moyang mereka sekitar 10.000 tahun silam pernah mengembara di rimba belantara hutan Kalimantan.
Perkiraan itu timbul berkat penemuan lukisan kuno berusia 10.000 tahun di gua batu di pedalaman Kalimantan Timur, belum lama ini. Penemuan lukisan kuno berusia 10.000 tahun itu sangat berarti bagi ilmu pengetahuan dan penelitian yang agaknya memunculkan teori kronologis pemukiman manusia. Aborijin telah mengembara dari rimba Kalimantan menuju "Negeri Kanguru". Penemuan penting bagi asal-usul peradaban manusia itu berkat kerja sama Tim Survei Prancis-Indonesia yang didanai oleh salah satu perusahaan minyak dan gas bumi (migas) terbesar di Asia, yakni perusahaan kontraktor bagi hasil (KPS) Pertamina, TotalFinaElf.

Asal Mula Sungai Barito



Pada zaman dahulu, di sebuah tumpung (desa sangat kecil, hanya dihuni beberapa kepala keluarga) di daerah ngaju, tinggal seorang janda dengan dua orang anaknya. Anak yang tertua bernama Patih Laluntur, sedang yang seorang lagi bernama Patih Sasanggan.Dikarenakan usia yang telah lapuk dimakan waktu, sang ibu meninggal dunia, sehingga tingga...llah dua orang kakak beradik yang sudah menginjak usia remaja. Keduanya hidup rukun, sampai tumbuh menjadi pemuda dewasa.
Beranjak dari keinginan untuk mengubah pola hidup mereka yang sangat sederhana di tumpung, disertai keinginan untuk memperbaiki taraf kehidupan, serta keinginan menimba pengalaman di daerah luar, Patih Laluntur dan Patih Sasanggan sepakat untuk meninggalkan gubug mereka di tumpung.
Dengan bekal seadanya, kedua kakak beradik itu berangkat mengembara, tanpa tahu arah yang mesti dituju.

Gara-gara Bersetubuh di pantai Kalap


Pantai Kalap yang angker itu dipercaya berpenghuni makhluk halus yang bisa diajak berkolaborasi dengan manusia. Salah satunya untuk mendapatkan anak. Caranya, dengan bersetubuh di areal pantai tersebut. Kisah mistis berikut ini salah satu contohnya....

Ini benar-benar aneh, tapi nyata. Sepasang suami isteri muda terpaksa harus kehilangan anaknya karena digondol makhluk gaib. Ini terjadi gara-gara mereka lupa akan nazarnya. Kisah ini dialami suami isteri yang tinggal di daerah Samuda, Kec. Hanau, Kab. Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Bagaimana kisah mistisnya? Berikut penuturan keluarga pelaku kepada Penulis....
Jauhari namanya. Pria ganteng yang bekerja di kantor swasta ini menikahi seorang dara cantik bernama Ida. Namun hingga beberapa tahun usia perkawinan mereka belum juga dikaruniai anak. Padahal mereka begitu mendambakan hadirnya seorang anak dalam rumah tangga mereka.


PANGLIMA KUMBANG HANYA NAMA PANGGILAN


Bagi masyarakat Dayak gelar Pangkalima (baca Panglima-red) bukanlah gelar sembarang gelar. Seseorang yang menyandang gelar Pangkalima adalah sosok yang di anggap terpandang di masyarakat karena memiliki kelebihan dan selalu menjadi pelindung masyarakat Dayak. Seroang Pangkalima juga jarang mau menampakan diri di masyarakat sebagai seorang Pangkalima melainkan sebagai rakyat biasanya, makanya ada beberapa Pangkalima yang masih misterius keberadaannya. Sosok Pangkalima selalu di gambarkan sebagai seorang yang sederhana dan bersahabat dengan semua orang.

PANGLIMA BURUNG



Dalam masyarakat Dayak, dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat Agung, Sakti, Ksatria, dan Berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, dan sosok tersebut selalu bersinggungan dengan alam gaib. Kemudian sosok yang sangat di dewakan tersebut oleh orang dayak dianggap sebagai Pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah panglima perang Dayak, Panglima Burung, yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman.

Minyak Bintang Dari Dayak



Siapa yang tidak pernah mendengar “minyak bintang”. Minyak kesaktian yang sangat ampuh bagi sebagian besar masyarakat kalimantan khususnya suku dayak .Setelah meminumnya, maka orang ini akan kebal dari segala macam senjata. Bahkan kalau terlukapun, bagian yang luka tinggal di oles denganminyak bintang ini akan langsung sembuh tanpa bekas. Semua yang kita harus lakukan adalah untuk mengkonsumsi beberapa tetes pada Kamis malam dan anda akan senantiasa dalam perlindungan kekuatan bintang. Rahasia atau asal usul ‘Minyak Bintang’Pada zaman dahulu kala,minyak bintang sebenarnya digunakan suku dayak untuk mengobati luka atau patah kaki,minyak ini sangat mujarab,karena hanya memerlukan waktu satu malam untuk penyembuhannya.

Istana Kuning ( Kalteng )


Pangeran Adipatih Anta Kusuma  Adalah yang mendirikan satu-satunya Kerajaan di Kalteng ini, dan sekaligus menjadi Raja Pertama di Kesultanan Kutaringin. Pangeran Adipatih merupakan anak ke empat dari Raja Banjar. Pendirian kerajaan ini berdasarkan perundingan dengan ayahnya untuk menghindari perebutan tahta dari kakak tertua beliau yang menjadi ahli waris Kesultanan Banjar.
Sang pangeran pun memutuskan pergi untuk mendirikan kerajaan baru di daerah tengah Kalimantan. Ketika berkelana di hutan bersama dengan prajuritnya, sang Pangeran terkejut saat melihat puluhan pohon beringin besar yang tertata sangat rapih di pedalaman hutan, dan akhirnya menjadi inspirasi nama kesultanannya, yang berasal dari dua kata yaitu kuta (pagar) dan ringin (beringin).