Gambar:
Kota Muara Teweh
Ada yang perlu saya jelaskan lebih jauh di sini adalah bagaimana
asal muasal-muasal nama Muara Teweh itu sendiri. Seacara harfiah, Tumbang
berarti Muara dan Tiwei Artinya mudik dan juga identik dengan nama ikan kecil
Seluang Tiwei, yang biasanya selalu mudik ke sungai Barito setiap tahun. Sebagaimana
artinya, Tiwei yang berati mudik, maka Sungai Tiwei yang bermuara di Sungai
Barito, arusnya mudik melawan arus Sungai Barito dan kemudian baru balik
mengikuti arus ke selatan. Penyebutan Tumbang Tiwei yang kemudian menjadi Muara
Teweh terjadi karena pola sebutan penyeragaman kota se Kalimantan Tengah oleh
Belanda pada saat itu.
Seperti halnya Tumbang Kapuas disebut Kuala Kapuas,
Tumbang Kurun disebut Kuala Kurun, Tumbang Pembuang disebut Kuala Pembuang dan
Tumbang Montallat disebut Muara Montallat, dan lain-lain. Dari persfektif
rumpun bahasa Dusun Barito, maka asal nama kota Tumbang Tiwei yang kemudian
berubah menjadi Muara Teweh, dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam kumunitas
Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei=Tumbang, Muara; Tiwei=Ikan
Seluang Tiwei). Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei
Musini (Nangei Musini=Muara Musini). Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan
Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei= Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei
ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram
disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).
Pada komunitas Dusun Bakumpai/Kapuas, disebutkan
Tumbang Tiwei (Tumbang Tiwei= Muara Tiwei, yang kemudian oleh kolonial Belanda
dimelayukan menjadi Muara Teweh). Lebih Jauh, penyebutan nama kota Muara Teweh
yang berasal dari kata Tumbang Tiwei tersebut tampaknya sejalan adanya
suku-suku Dusun Barito Utara, seperti dikutip dari buku “Kalimantan Membangun
Alam dan Kebudayaan”, karya Tjilik Riwut (Mantan Gubernur Kalimantan Tengah).
Demikianlah, asal-usul nama kota Muara teweh dan jenis Suku Dusun Barito Utara.
Kendatipun sama Dusunnya dan sama Dayaknya, akan tetapi Belanda malah
membedakan sebutan Suku Dusun Barito dan Suku Dusun Kapuas-Kahayan.
Suku Dusun Barito yang berdiam di Tanah Dusun
(Doesen Landen), disebutnya Dusun Barito, Sedangkan Suku Dusun yang berdiam di
Kapuas -Kahayan, disebutnya Dayak Kapuas Kahayan. Tak jelas, apa makna dan
tendensi dari penyebutan mana yang berbeda tersebut. Pada masa lalu, banyak
rumah betang sebagai tempat tinggal komunitas penduduk barito utara.
Diantaranya rumah betang Lebo Lalatung Tour, Pendreh, Bintang Ninggi, Lemo,
Lebo Tanjung Layen, Butong, Lanjas, Nihan, Papar Pujung dan Konut Tanah Siang
(Mukeri Inas, et.al ;2004). Rumah Betang dan komunitas penduduk yang menjadi
dasar cikal-bakal bagi komunitas Muara Teweh, yakni Juking Hara dan Tanjung
Layen dengan beberapa ciri pertanda peninggalan sejarahnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ada Cerita yang Masih Belum di bahas Silahkan Berikan Komentar Ada di Bawah ini dan Berikan komentar anda Mengenai tentang isi Cerita diatas ini..
Saya Ucapkan Trimakasih Atas Kunjungannya ...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.