Penduduk asli Australia yang disebut Aborijin,
mungkin tidak pernah mengira apabila nenek moyang mereka sekitar 10.000 tahun silam
pernah mengembara di rimba belantara hutan Kalimantan.
Perkiraan itu timbul
berkat penemuan lukisan kuno berusia 10.000 tahun di gua batu di pedalaman
Kalimantan Timur, belum lama ini. Penemuan lukisan kuno berusia 10.000 tahun
itu sangat berarti bagi ilmu pengetahuan dan penelitian yang agaknya
memunculkan teori kronologis pemukiman manusia. Aborijin telah mengembara dari
rimba Kalimantan menuju "Negeri Kanguru". Penemuan penting bagi
asal-usul peradaban manusia itu berkat kerja sama Tim Survei Prancis-Indonesia
yang didanai oleh salah satu perusahaan minyak dan gas bumi (migas) terbesar di
Asia, yakni perusahaan kontraktor bagi hasil (KPS) Pertamina, TotalFinaElf.
Setelah diteliti, motif lukisan, usianya serta
bahan-bahan untuk lukisan prasejarah itu, sama dengan lukisan sejenis yang
ditemukan di dataran Australia. ”Memang perlu penelitian lebih lanjut mengapa
lukisan yang ditemukan di pedalaman Kaltim itu, sama dengan yang di Australia.
Anggapan sementara, bahwa kaum Aborijin pernah tinggal di Kaltim," kata
juru bicara TotalFinaElf, Nurul Fazrie "Diduga, Suku Aborijin sebelum
menetap di Australia pernah tinggal di Kalimantan Timur. Hal itu berkat hasil
penemuan lukisan kuno berusia 10.000 tahun di sejumlah gua batu," katanya.
Lukisan itu terdapat dalam beberapa gua pemakaman
yang sangat kaya dengan keramik tanah liat, sekitar 20 gua dihiasi dengan
lukisan prasejarah, dari sekitar 1.000 gua yang diinventarisir berada di
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Pasir, Balikpapan, Kutai Kartanegara dan
Kabupaten Bulungan.
Lukisan yang sangat kuno diketahui dari catatan pada
deposit calcite (karbon kalsium) yang berumur lebih dari 10.000 tahun.
"Dengan penemuan ini, masyarakat ilmiah internasional mempunyai minat yang
berbeda terhadap Borneo dalam kawasan India-Pasifik. Yang terletak antara Asia
dan Oceania, Borneo menempati tempat yang menentukan dalam kronologi pemukiman
manusia sejak ribuan tahun," katanya.
Survei yang didanai oleh perusahaan migas tersebut
dimulai sejak 1993 dan dana yang telah dikeluarkan mencapai jutaan dolar AS.
Pada tahun 2001, Tim melakukan penelitian sepanjang 10 km lereng bagian barat
Gunung Marang, antara Gua Tewet dan Gua Lungun, kira-kira 20 gua yang menjadi
tempat penyimpan benda-benda arkeologi. Diperkirakan, di dalam kelebatan hutan,
selain lubang batu kuno yang telah ditemukan, masih terdapat ribuan gua yang
menyimpan benda-benda arkeologi.
Kronologis Pemukiman
Lukisan berusia lebih 10.000 tahun itu menyebabkan
kawasan itu memiliki arti strategis dalam kronologis pemukiman manusia sejak
puluhan tahun silam. Dengan penemuan itu, masyarakat ilmiah internasional
mempunyai minat yang berbeda terhadap Borneo dalam kawasan India-Pasifik.
Borneo menempati tempat yang menentukan dalam kronologis pemukiman sejak ribuan
tahun. Selain gua yang di dalamnya terdapat lukisan purba, pada gua lain
ditemukan benda cagar budaya berupa keramik tanah liat.
Salah satu kesulitan untuk melestarikan gua yang
menyimpan peninggalan bersejarah itu adalah lokasi yang terpencil serta
infrastruktur yang masih lemah. Salah satu contoh, gua prasejarah di Desa
Pengadan, Kecamatan Sangkulirang, (Kutai Timur). Untuk menjangkau daerah itu,
melalui Sangatta harus ke Ronggang (Sangkulirang) dulu menggunakan jalan darat
yang tidak mulus sekitar tiga jam. Dari Ronggang ke Kota Kecamatan Sangkulirang
naik kapal kayu bermotor sekitar 25 menit, kemudian naik kapal cepat
(speedboat) ke Desa Pengadan selama satu jam.
Dari Desa Pengadan baru menggunakan alat
transportasi truk perusahaan HPH (karena tidak ada angkutan khusus) menuju Gua
Mardua, sekitar satu jam. Gua itu terletak di sebuah bukit yang harus dijangkau
dengan berjalan kaki 1,5 jam. Gua itu masih diselimuti hutan eks-HPH, namun
karena lokasi terpencil, sehingga kondisinya masih cukup baik belum terlalu
rusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Dalam gua itu, dapat ditemukan lukisan telapak
tangan, kapal dan kadal. Namun, sayangnya, selain lukisan purba itu, terdapat
juga coretan baru yang diduga ulah orang iseng. Selain gua yang berisikan
gambar purba itu, juga terdapat gua yang usianya lebih tua, diduga sudah ada
ketika daratan Borneo masih bersatu dengan Asia. Sebagian gua berada di
tengah-tengah rimba Kalimantan sehingga untuk mencapainya perlu bantuan pesawat
helikopter.
Penyelamatan
Suatu keajaiban bila lukisan itu mampu bertahan
ribuan tahun. Lokasi gua yang terpencil, terisolasi dan di bukit-bukit tinggi
serta dalam relief limestone menjadi alasan mengapa peninggalan purba itu bisa
selamat.
Bersamaan dengan kian meningkatkan aktivitas
pengelolaan hutan/lahan serta kegiatan lain seperti penambangan, pencarian
gaharu, sarang burung, termasuk bencana kebakaran hutan serta eco tourism,
menjadi ancaman bagi pelestarian goa.
Tidak kalah pentingnya bagi penelitian peradaban
dunia dengan mengungkap tabir "benang merah" antara warga Australia,
Aborijin dengan kehidupan Dayak Kuno yang menempati gua-gua pra-sejarah itu.
Selain itu, perlu melibatkan kesadaran kolektif masyarakat setempat untuk ikut
dalam upaya pelestarian. Berbagai upaya tersebut penting dilakukan, mengingat
warisan alam tidak hanya arkeologi, namun pemandangan alam kawasan Mangkaliat,
gua dengan bentuk indah, ngarai dan hutan basah.
Langkah pelestarian penting dilaksanakan untuk
menghindari terulang kasus di Gua Maros, Sulawesi. Gua-gua indah terancam
akibat eksploitasi gunung kapur secara liar oleh pabrik baru dan penambangan
marmer.
Ketimbang sektor lain seperti migas, batu bara dan
kayu, maka sektor pariwisata adalah sumber yang dapat diperbaharui. Gunung
kapur yang menyimpan benda cagar budaya akan rusak keindahannya, begitu
pabrik-pabrik semen berdiri di sekitar kawasan itu.
Penambangan paling tidak harus mengikuti rekomendasi
UNESCO, sikap hati-hati bagi Pemkab Kutai Timur yang memiliki kewenangan besar
dalam era otonomi daerah adalah pilihan tepat dalam pencegahan kerusakan
warisan dunia itu. Berkaitan dengan penemuan itu, Tim Survei membuat sejumlah
rekomendasi antara lain untuk melaksanakan misi survei dan eksploitasi kawasan
batu kapur dan gua di Semenanjung Mangkaliat.
Demikian pula pentingnya penelitian lebih jauh dalam
upaya pelestarian lingkungan gua serta mengorganisir seminar internasional
sekitar September 2002 di Balikpapan, sehingga spesialis di seluruh dunia
mengkoordinir dan meluncurkan proyek perlindungan dalam daftar Warisan Dunia
UNESCO. Rekomendasi yang lain yakni menunjukkan program media termasuk
informasi pers, publikasi buku (diterjemahkan ke dalam bahasa asing) dan video
dokumenter. Usul lain, yakni pembangunan reflika museum lokal di masa datang.
Wilayah Balikpapan paling tepat, mengingat lokasi daerah itu yang menjadi
"jendela wilayah Kalimantan".
Melalui museum diharapkan ada upaya pelestarian
benda kuno dan menampilkan peninggalan budaya di Mangkaliat antara lain replika
panel lukisan seni batu, gambar arang, gambar Dayak Kuno, industri perkakas
batu, keramik tanah liat, arsip dan gambar, yang melukiskan keanekaragaman dan
kronologi pemukiman manusia yang berbeda di seluruh Borneo.
Tidak kalah pentingnya, perlu dukungan Pemkab yang
di daerahnya terdapat gua prasejarah untuk terlibat aktif melestarikan warisan
dunia itu, khususnya membuat berbagai strategi kebijakan yang memprioritaskan
upaya penyelamatan, bukan mendahulukan sektor lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ada Cerita yang Masih Belum di bahas Silahkan Berikan Komentar Ada di Bawah ini dan Berikan komentar anda Mengenai tentang isi Cerita diatas ini..
Saya Ucapkan Trimakasih Atas Kunjungannya ...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.